surat untuk Ibu


Bunda..
Engkau adalah wanita perkasa bagiku, mencari nafkah untuk anak-anakmu yang seharusnya dikerjakan oleh para suami. tidak jarang engkau pergi kepasar tanpa menggunakan alas kaki atau sandal. sering sekali bunda tidak memperhatikan penampilan seperti para ibu yang lainya. Bundaku yang sangat sederhana, pergi kepasar menggunakan dompet dari sebuah tas plastik bukan dompet yang mahal. dengan kaki yang telanjang menginjak aspal yang panas , tetes peluh yang terus bercucuran. Aku selalu memperhatikanmu dalam diamku, tidak jarang engkau memahariku hanya karena penampilanku yang sederhana, tanpa make-up dan berpakaian sepertimu bukan seperti gadis-gadis biasanya. tapi aku hanya bisa diam menerima kemarahanmu, andaikan engkau tahu bunda. Aku tidak bisa berpakaian bagus dan bermake-up seperti yang lainnya , kenapa? Karena bagaimana bisa aku seperti itu jika sehari-hari aku melihatmu kepasar dengan kaki telanjang, jilbab yang kusam, bekas saos yang mengihiasi wajahmu . Aku tidak bisa membelanjakan uang yang engkau cari dengan perjuangan keras hanya untuk membeli pakaian bagus, make-up dan berfoya-foya seperti gadis-gadis yang lainnya. Aku hanya ingin menggunakan uangmu untuk pendidikan saja bukan keperluan untuk memikat laki-laki.

Bunda..

Hatiku selalu menjerit dan menagis melihatmu seperti ini, ingin rasanya memutar waktu dengan cepat agar aku bisa bekerja dan sukses seperti yang lainnya. Aku ingin bunda beristirahat untukku, agar aku bisa merebahkan kepalaku dipangkuan bunda dan memanja seperti gadis yang lainya. Seringkali aku iri pada teman-temanku, dengan manjanya mereka bercerita sesuatu pada ibu mereka, dengan manjanya mereka mereka merebahkan kepalanya dipangkuan ibunya, dengan manjanya mereka memeluk ibunya hanya untuk melepas kesedihan dan tangis mereka. Tapi aku..? bundaku  tidak punya waktu seperti itu, dari pagi sampai malam tiba dia hanya bekerja dan mengurus rumah tangga. Meskipun tangan kecilku ikut serta membantu tapi tetap saja bunda tidak punya waktu untuk beristirahat. Bunda tidur hanya 4 jam dalam sehari. Tidurnya larut malam kemudian bangun sebelum ayam berkokok terkadang anjing pun masih melolong dari kejauhan.

Bunda..

Aku tahu engkau sangat mencintaiku meskipun jarang memberi perhatian istimewa seperti yang lainnya. Aku tahu bunda selalu mendo’akanku ditengah melepas kerinduan pada sang Maha Kuasa. Aku selalu terbangun dalam tidurku dengan suara tangis bunda yang samar-samar setiap malam. Andaikan bunda tahu saat itu juga aku menetsekan air mata dan memaki diriku sendiri, aku memang anak yang tidak berguna seharusnya aku sudah mandiri dan bekerja keras dengan usia 20 tahun sekarang ini. Tapi engkau selalu melarangku untuk bekerja separuh waktu, engkau selalu memahariku dengan kata-kata bahwa aku harus focus denga kuliahku dan jangan memikirkan biaya atau uang karena itu tanggung jawab bunda. Bagaimana bisa aku tidak memohon agar engkau mengizinkan aku bekerja separuh waktu. Semakin lama tenagamu semakin lemah, wajahmu yang mulai dipenuhi dengan kerutan, dan tanganmu yang sudah kasar melewati batas. Meskipun dalam keadaan sakit bunda selalu memaksakan diri untuk bekerja, aku takut kehilangan bunda. Bunda adalah matahari di pagi dan siang hariku. Bunda adalah bulan dimalam hariku, jika engkau pergi maka siapa yang akan menerangi hidupku?, aku akan sendiri didalam kegelapan tanpa cahaya kasih sayang bunda. Tidakkah engkau mengerti bunda? Bahwa anakmu ini selalu mengkhawatirkan keadaanmu, dia sangat takut kehilanganmu sebelum dia bisa memberikanmu kesenangan atas peluh-peluhmu yang engkau cucurkan setiap harinya.

Bunda..

Aku sangat mencintaimu, aku takut  sang Khaliq mengambilmu sebelum engkau melihatku menggunakan baju wisuda, sebelum engkau melihatku menggunakan pakaian bekerja. aku memang pengecut bunda, aku tidak punya keberanian untuk mengatakan bahwa aku menyayangimu melebihi dunia dan isinya, jika engkau ditukarkan dengan sebongkah berlian , emas dan laki-laki kaya aku akan tetap memilihmu dan hidup sederhana denganmu. Aku sendiri yang akan mengubah nasib kita dengan usahaku sendiri bukan karena orang lain. Aku tidak bisa meninggalakanmu sendiri didalam rumah yang dipenuhi dengan dinding yang retak, kayu yang lapuk dan cat tembok yang sudah memudar. Aku akan tetap disampingmu bunda..
Engkau adalah matahariku, kasih sayangmu tidak akan pernah bisa ditandingi oleh luasnya samudra, tingginya langit antara bumi dan sesejuk angin syurga. Engkau adalah wanita yang perkasa dalam hidupku.
Maafkan aku Bunda , aku hanya bisa berbicara lewat surat ini karena bibirku terkunci, hanya untuk berbicara seperti ini tapi aku janji suatu saat nanti aku pasti bisa membahagiakan Bundaku yang tercinta. Aku akan membuktikan cintaku bukan dari surat ini saja tapi melewati usaha kerasku. Aku akan merubah nasib kita bunda..

                                                I LOVE YOU BUNDA

                                                                                                  Salam manis dari
                                                                                                     Anakmu..

Komentar